Cara valuasi saham adalah langkah penting dalam investasi. Dengan valuasi yang benar, investor bisa menentukan apakah suatu saham murah atau mahal. Berikut adalah metode atau cara valuasi saham yang sering digunakan.
Valuasi dengan Price to Earnings Ratio (P/E)
Daftar Isi
- 1 Valuasi dengan Price to Earnings Ratio (P/E)
- 2 Valuasi dengan Price to Book Value (P/B)
- 3 Valuasi dengan Dividend Yield
- 4 Valuasi dengan Discounted Cash Flow (DCF)
- 5 Valuasi dengan Price to Sales Ratio (P/S)
- 6 Valuasi dengan EV/EBITDA
- 7 Menggunakan Valuasi Relatif
- 8 Menghindari Kesalahan dalam Valuasi Saham
- 9 Menghindari Kesalahan dalam Valuasi Saham
- 10 Kapan Waktu yang Tepat untuk Melakukan Valuasi?
- 11 Peran Sentimen Pasar dalam Valuasi Saham
- 12 Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Valuasi
- 13 Menggunakan Valuasi Saham untuk Keputusan Investasi
- 14 Contoh Kasus Valuasi Saham
- 15 Valuasi Saham di Berbagai Sektor
- 16 Praktik Terbaik dalam Valuasi Saham
P/E ratio membandingkan harga saham dengan laba per saham (EPS). Cara menghitungnya:
P/E Ratio = Harga Saham / EPS
- P/E tinggi: Saham mungkin overvalued atau pasar punya ekspektasi pertumbuhan tinggi.
- P/E rendah: Saham bisa undervalued atau ada risiko tertentu yang membuat investor ragu.
Bandingkan P/E saham dengan perusahaan sejenis di industri yang sama untuk mendapatkan gambaran lebih akurat.
Valuasi dengan Price to Book Value (P/B)
P/B ratio membandingkan harga saham dengan nilai buku per saham.
P/B Ratio = Harga Saham / Nilai Buku per Saham
- P/B < 1: Bisa menjadi indikasi saham undervalued.
- P/B > 1: Bisa berarti saham mahal atau perusahaan memiliki aset tak berwujud yang kuat.
Metode ini cocok untuk valuasi saham perusahaan dengan aset besar, seperti perbankan atau properti.
Valuasi dengan Dividend Yield
Dividend yield mengukur seberapa besar dividen dibandingkan dengan harga saham.
Dividend Yield = (Dividen per Saham / Harga Saham) × 100%
- Yield tinggi: Menunjukkan saham membayar dividen besar, cocok untuk investor yang mencari passive income.
- Yield rendah: Bisa berarti perusahaan lebih fokus pada ekspansi daripada membayar dividen.
Pastikan dividen yang diberikan konsisten dari tahun ke tahun sebelum mengambil keputusan investasi.
Valuasi dengan Discounted Cash Flow (DCF)
DCF memperhitungkan nilai arus kas masa depan yang didiskon ke nilai saat ini. Ini metode yang lebih kompleks, tetapi lebih akurat.
Langkah-langkah DCF:
- Estimasi arus kas bebas (free cash flow) di masa depan.
- Tentukan tingkat diskonto berdasarkan Weighted Average Cost of Capital (WACC).
- Hitung nilai sekarang dari arus kas tersebut.
- Bandingkan dengan kapitalisasi pasar saham.
Jika hasil DCF lebih tinggi dari harga saham saat ini, saham dianggap undervalued.
Valuasi dengan Price to Sales Ratio (P/S)
P/S ratio membandingkan harga saham dengan pendapatan perusahaan.
P/S Ratio = Kapitalisasi Pasar / Pendapatan Perusahaan
- P/S rendah: Saham mungkin undervalued.
- P/S tinggi: Investor percaya perusahaan bisa meningkatkan profitabilitas di masa depan.
Metode ini sering digunakan untuk perusahaan yang belum menghasilkan laba tetapi memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi.
Valuasi dengan EV/EBITDA
EV/EBITDA adalah metode valuasi yang lebih menyeluruh karena mempertimbangkan utang perusahaan.
EV/EBITDA = (Kapitalisasi Pasar + Utang – Kas) / EBITDA
- EV/EBITDA rendah: Saham bisa undervalued.
- EV/EBITDA tinggi: Bisa berarti valuasi terlalu mahal atau perusahaan memiliki pertumbuhan tinggi.
Biasanya digunakan untuk membandingkan perusahaan dalam industri yang sama.
Menggunakan Valuasi Relatif
Valuasi relatif membandingkan metrik seperti P/E, P/B, atau EV/EBITDA dengan perusahaan sejenis. Jika suatu saham memiliki rasio lebih rendah dibandingkan pesaingnya, bisa jadi saham tersebut undervalued.
Namun, metode ini harus dikombinasikan dengan analisis fundamental lainnya agar hasilnya lebih akurat.
Menghindari Kesalahan dalam Valuasi Saham
Ada beberapa kesalahan umum dalam valuasi saham:
- Menggunakan satu metode saja: Selalu kombinasikan beberapa metode agar hasilnya lebih akurat.
- Tidak mempertimbangkan kondisi industri: Saham bisa terlihat murah, tetapi jika industri sedang menurun, bisa jadi jebakan.
- Mengabaikan faktor makroekonomi: Suku bunga, inflasi, dan kondisi pasar global bisa mempengaruhi valuasi saham.
Dengan memahami berbagai metode valuasi, investor pemula bisa membuat keputusan investasi yang lebih cerdas dan menghindari membeli saham di harga yang terlalu mahal.
Menghindari Kesalahan dalam Valuasi Saham
Ada beberapa kesalahan umum dalam valuasi saham:
- Menggunakan satu metode saja: Selalu kombinasikan beberapa metode agar hasilnya lebih akurat.
- Tidak mempertimbangkan kondisi industri: Saham bisa terlihat murah, tetapi jika industri sedang menurun, bisa jadi jebakan.
- Mengabaikan faktor makroekonomi: Suku bunga, inflasi, dan kondisi pasar global bisa mempengaruhi valuasi saham.
Kapan Waktu yang Tepat untuk Melakukan Valuasi?
Cara valuasi saham sebaiknya dilakukan secara rutin, bukan hanya saat ingin membeli saham. Investor bisa melakukan valuasi setiap kuartal atau saat ada perubahan besar dalam kondisi pasar dan laporan keuangan perusahaan.
Dengan memahami berbagai metode valuasi, investor pemula bisa membuat keputusan investasi yang lebih cerdas dan menghindari membeli saham di harga yang terlalu mahal.
Peran Sentimen Pasar dalam Valuasi Saham
Selain angka-angka dalam laporan keuangan, sentimen pasar juga mempengaruhi valuasi saham. Investor sering kali bereaksi berlebihan terhadap berita baik maupun buruk.
- Sentimen positif: Harga saham bisa naik lebih tinggi dari nilai wajarnya karena euforia pasar.
- Sentimen negatif: Harga saham bisa turun lebih rendah dari valuasi aslinya akibat kepanikan.
Sebagai investor, penting untuk tetap rasional dan tidak terburu-buru mengambil keputusan hanya karena pergerakan harga jangka pendek.
Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Valuasi
Beberapa faktor eksternal yang dapat mempengaruhi valuasi saham:
- Kebijakan Suku Bunga: Suku bunga tinggi membuat investasi di saham kurang menarik karena investor lebih memilih instrumen dengan risiko lebih rendah seperti obligasi. Sebaliknya, suku bunga rendah bisa meningkatkan valuasi saham.
- Kondisi Ekonomi Global: Resesi, inflasi, atau ketegangan geopolitik dapat menekan harga saham, bahkan jika fundamental perusahaan masih kuat.
- Regulasi dan Kebijakan Pemerintah: Perubahan regulasi seperti pajak, subsidi, atau aturan industri tertentu bisa mempengaruhi kinerja perusahaan dan valuasi sahamnya.
- Tren Industri: Industri yang sedang berkembang seperti teknologi atau energi terbarukan sering kali memiliki valuasi lebih tinggi dibandingkan industri yang sedang menurun seperti media cetak atau batu bara.
Menggunakan Valuasi Saham untuk Keputusan Investasi
Setelah melakukan cara valuasi saham, langkah berikutnya adalah menggunakan hasilnya untuk mengambil keputusan. Ada beberapa strategi berdasarkan valuasi:
- Value Investing: Mencari saham undervalued dengan harapan harga akan naik seiring waktu.
- Growth Investing: Memilih saham dengan valuasi tinggi tetapi memiliki potensi pertumbuhan yang besar.
- Dividend Investing: Fokus pada saham dengan dividend yield yang stabil dan tinggi.
Investor bisa memilih strategi yang sesuai dengan tujuan investasinya dan profil risikonya.
Contoh Kasus Valuasi Saham
Misalkan sebuah perusahaan memiliki data berikut:
- Harga saham: Rp5.000
- EPS: Rp500
- Nilai buku per saham: Rp3.000
- EBITDA: Rp200 miliar
- Kapitalisasi pasar: Rp2 triliun
- Utang: Rp500 miliar
- Kas: Rp100 miliar
Menghitung beberapa rasio:
- P/E Ratio = 5.000 / 500 = 10x (cukup murah jika dibandingkan dengan rata-rata industri 15x)
- P/B Ratio = 5.000 / 3.000 = 1,67x (masih dalam batas wajar)
- EV/EBITDA = (2.000 + 500 – 100) / 200 = 12,0x (sedikit mahal jika rata-rata industri 10x)
Dari angka ini, valuasi saham terlihat cukup menarik, tetapi perlu analisis lebih lanjut sebelum mengambil keputusan investasi.
Valuasi Saham di Berbagai Sektor
Valuasi saham berbeda tergantung sektor industrinya. Beberapa contoh:
- Saham teknologi sering memiliki P/E tinggi karena pertumbuhan laba yang cepat.
- Saham perbankan lebih cocok dinilai dengan P/B karena aset dan ekuitas sangat penting.
- Saham ritel sering menggunakan P/S karena margin laba bisa bervariasi.
- Saham infrastruktur sering menggunakan EV/EBITDA karena membutuhkan modal besar dan memiliki utang tinggi.
Praktik Terbaik dalam Valuasi Saham
Untuk mendapatkan hasil valuasi yang lebih baik, investor dapat menerapkan beberapa praktik terbaik:
- Gunakan beberapa metode valuasi agar hasil lebih akurat.
- Bandingkan dengan industri sejenis untuk melihat apakah saham undervalued atau overvalued.
- Perhatikan tren jangka panjang, bukan hanya angka saat ini.
- Cek laporan keuangan terbaru agar data yang digunakan relevan.
Dengan memahami dan menerapkan cara valuasi saham, investor pemula dapat meningkatkan peluang sukses dalam berinvestasi.